PUBLIC HEALTH

Selasa, 12 Oktober 2010

Agar Pola Makan Tetap Seimbang

Memahami tubuh Anda dan apa yang Anda perlukan untuk mendapatkan makanan yang seimbang membantu mengendalikan berat badan Anda dalam jangka panjang. Tubuh Anda tidak sama dengan mobil. Mobil memiliki tangki bensin besar sehingga tidak harus sering diisi ulang. Tubuh Anda memiliki “tangki” yang kecil. Apa pun yang Anda lakukan, Anda harus mengisinya secara teratur dalam interval 5-6 jam.
Makanan seimbang
Makanan seimbang adalah makanan yang meliputi lima kelompok makanan berbeda dalam jumlah yang tepat:
  • Nasi, ubi-ubian dan roti. Ini adalah makanan sumber karbohidrat yang menyediakan kalori utama untuk tubuh.
  • Buah dan sayuran.  Buah dan sayuran menyediakan serat, vitamin dan mineral. Serat membantu melancarkan  sistem pencernaan.
  • Produk susu. Produk susu mengandung kalsium, yang penting bagi kesehatan gigi  dan tulang.
  • Daging, ikan, telur, tahu dan tempe.  Makanan tersebut merupakan sumber penting protein yang membantu untuk menjaga tubuh kita tetap sehat dan memperbaiki sel yang rusak.
  • Minyak/mentega dan gula. Tidak apa-apa makan makanan mengandung lemak dan gula dalam jumlah kecil. Lemak mengandung asam lemak esensial yang membantu saraf kita bekerja dengan baik.
Selain itu, tentu saja, harus disertai dengan minum air yang cukup.
Pola makan
Pola makan yang baik adalah yang seimbang dari waktu ke waktu.  Bila Anda memiliki gaya hidup aktif sehingga sering  melahap makanan cepat saji, usahakan untuk menyeimbangkannya dalam beberapa kali makan atau hari. Misalnya: bila makan siang terlalu banyak lemak, maka perlu meringankan makan malam Anda dengan memperbanyak sup sayuran atau membatasi lauk-pauk, sehingga pada hari itu Anda memiliki diet yang relatif seimbang. Kondisi ideal bahkan bisa dijalankan sepanjang minggu dengan menyeimbangkan konsumsi banyak daging dan ikan di hari tertentu dengan banyak buah-buahan dan sayuran di hari lain.
Jangan mendengarkan ide-ide palsu seperti “nasi tidak membuat Anda gemuk,” “susu kaya protein baik bagi kesehatan,” “harus selalu melengkapi makan dengan susu”.  Semua makanan memiliki kelebihan dan kekurangan, tergantung siapa yang mengkonsumsi dan berapa porsinya. Nasi adalah sumber karbohidrat, yang bila berlebihan akan disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak. Tubuh hanya dapat menyerap protein dalam jumlah terbatas per hari, sehingga terlalu banyak makan suplemen protein tidak ada manfaatnya. Susu tidak terlalu diperlukan bila Anda sudah memakan makanan yang mengandung cukup protein seperti daging, ikan atau telur.
Berhenti makan sebelum kenyang
Arus informasi antara perut dan otak berjalan lambat, sehingga ketika perut Anda sudah penuh, otak masih belum menerima informasi kenyang. Hal ini menimbulkan kecenderungan untuk makan melebihi kebutuhan. Oleh karena itu, jangan segan menyelesaikan makan meskipun belum terasa kenyang. Bila Anda sudah cukup makan, Anda akan segera merasakannya nanti. Makanlah dengan pelan agar memberikan waktu untuk informasi mengalir dari perut sampai otak.
Kalau begitu, tepatlah tuntunan Nabi Muhammad SAW: “Berhentilah makan sebelum kenyang” dan “Makanlah dengan perlahan-lahan”.
image: source
http://majalahkesehatan.com/agar-pola-makan-tetap-seimbang/

Epidemiologi Kolera

A.Penyakit Kolera (Cholera)
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Kemudian, bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus.
Infeksi bakteri tersebut biasanya ringan atau tanpa gejala, tapi terkadang parah. Kurang lebih 1 dari setiap 20 penderita mengalami sakit yang berat dengan gejala diare yang sangat encer, muntah-muntah, dan kram di kaki. Bagi penderita, kehilangan cairan tubuh secara cepat ini dapat mengakibatkan dehidrasi dan shock atau reaksi fisiologik hebat terhadap trauma tubuh. Jika tidak diatasi, kematian dapat terjadi dalam beberapa jam.
B. Penularan Penyakit Kolera
Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Meskipun sudah banyak penelitian berskala besar dilakukan, namun kondisi penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan bagi dunia kesehatan. Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feces (kotoran) manusia.
Bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya, maka orang lain yang melakukan kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga. Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri kolera, bahkan air tersebut (seperti di sungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang bermukim disekitarnya. Hal ini akan semakin meningkatkan resiko terjadinya penyakit kolera.
Dalam situasi adanya wabah (epidemic), biasanya tinja orang yang telah terinfeksi menjadi sumber kontaminasi. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat di tempat yang tidak mempunyai penanganan pembuangan kotoran (sewage) dan pengolahan air minum yang memadai.
Pada saat wabah kolera (El Tor) skala besar terjadi di Amerika Latin pada tahun 1991, penularan yang cepat dari kolera terjadi melalui air yang tercemar karena sistem PAM perkotaan yang tidak baik, air permukaan yang tercemar, serta sistem penyimpanan air di rumah tangga yang kurang baik. Makanan dan minuman pada saat itu diolah dengan air yang tercemar dan di jual oleh pedagang kaki lima, bahkan es dan air minum yang dikemaspun juga tercemar oleh Vibrio cholerae. Biji-bijian yang dimasak dengan saus pada saat wabah itu terbukti berperan sebagai media penularan kolera.
Vibrio cholerae yang dibawa oleh penjamah makanan dapat mencemari makanan, yang apabila tidak disimpan dalam lemari es dalam suhu yang tepat dapat meningkatkan jumlah kuman berlipat ganda dalam waktu 8-12 jam. Sayuran dan buah-buahan yang dicuci dan dibasahi dengan air limbah yang tidak diolah, juga menjadi media penularan.
Bakteri kolera juga dapat hidup di lingkungan air payau dan perairan pesisir. Kerang-kerangan (shellfish) yang dimakan mentah juga dapat menjadi sumber kolera. Seperti di Amerika Serikat, kasus sporadis kolera timbul karena mengkonsumsi seafood mentah atau setengah matang yang ditangkap dari perairan yang tidak tercemar. Sebagai contoh, kasus kolera yang muncul di Louisiana dan Texas menyerang orang-orang yang mengkonsumsi kerang yang diambil dari pantai dan muara sungai yang diketahui sebagai reservoir alami dari Vibrio cholera (O1 serotipe Inaba), muara sungai yang tidak terkontaminasi oleh air limbah.
Biasanya penyakit kolera secara langsung tidak menular dari orang ke orang. Oleh karena itu, kontak biasa dengan penderita tidak merupakan resiko penularan.
C. Gejala dan Tanda Penyakit Kolera
Pada orang yang fecesnya ditemukan bakteri kolera, mungkin selama 1-2 minggu belum merasakan keluhan berarti. Tetapi saat terjadinya serangan infeksi, maka tiba-tiba terjadi diare dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan samarnya jenis diare yang dialami.
Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang ditampakkan, antara lain ialah :
a. Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
b. Feces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang menusuk.
c. Feces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
d. Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
e. Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya.
f. Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
g. Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tanda-tandanya seperti : detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hipotensi dan lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian.
D. Pencegahan Penyakit Kolera
Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang.
Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di sterilisasi, serangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita.
E. Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kolera
Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mendapatkan penanganan segera, yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal (terapi rehidrasi agresif). Dasar dari terapi kolera adalah rehidrasi agresif melalui oral dan intravena yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan cairan dan elektrolit, juga untuk mengganti cairan akibat diare berat yang sedang berlangsung. Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat menghentikan diare yang terjadi.
Selain itu, untuk menangani penyakit kolera ini juga dapat dilakukan disinfeksi serentak terhadap tinja dan muntahan serta bahan-bahan dari kain (linen, seperti sprei, sarung bantal dan lain-lain) serta barang-barang lain yang digunakan oleh penderita, dengan cara di panaskan, diberi asam karbol atau disinfektan lain. Masyarakat yang memiliki sistem pembuangan kotoran dan limbah yang modern dan tepat, tinja dapat langsung dibuang ke dalam saluran pembuangan tanpa perlu dilakukan disinfeksi sebelumnya.
Pada kondisi tertentu, terutama diwilayah yang terserang wabah penyakit kolera pemberian makanan/cairan dilakukan dengan jalan memasukkan selang dari hidung ke lambung (sonde). Sebanyak 50% kasus kolera yang tergolang berat tidak dapat diatasi (meninggal dunia), sedangkan sejumlah 1% penderita kolera yang mendapat penanganan kurang adekuat meninggal dunia. (massachusetts medical society, 2007 : Getting Serious about Cholera).
Kepustakaan:
Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kolera
Diakses dari http://ubatpenyakit.blogjom.com/ubat/penyakit-kolera-cholera
Diakses dari http://www.pppl.depkes.go.id/catalogcdc/Wc2b860c57a8d.htm
Sumber : http://yienmail.wordpress.com/2008/12/16/epidemiologi-kolera/

Minggu, 13 Juni 2010

Rumput Laut Dukung Pariwisata Wakatobi

Rumput laut merupakan salah satu komoditi unggulan perikanan Sultra, mengingat luas areal budidaya yang dikelola sekitar 9.835,9 hektar, dengan volume rumput laut kering 73.247,1 ton. Sedangkan luas areal yang belum dikelola sebesar 36.428 hektar.


Yang diperkirakan dapat memproduksi 262.073,5 ton per tahun, dengan produktivitas 1,3-3,84 ton per hektar, sehingga dengan masa panen 3-5 kali per tahun maka Sultra dapat memproduksi rumput laut sebesar 335.320,7 ton setiap tahun. Untuk lokasi journalist trip (JT) wartawan lingkungan Sultra beberapa waktu lalu, yaitu Kabupaten Wakatobi memiliki luas perairan budidaya seluas 1,399 juta hektar, dengan produksi 9 ribu ton per sekali panen (3 bulan,red), tetapi saat ini baru tercapai produksi 150 ton per sekali panen.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) Kendari, sebagian besar penduduk Sultra bekerja pada sektor pertanian. Lebih dari 50 persen pekerja di Sultra bekerja pada sektor ini. Untuk tahun 2009 saja, jumlah pekerja di sektor pertanian sebanyak 502.886 orang atau 53 persen dari total pekerja se-Sultra. Yang juga berarti pengelolaan pertanian yang baik, berpotensi untuk menjadi salah satu solusi mengurangi pengangguran di Sultra.

Karena itu usaha Pemda Wakatobi harus lebih fokus lagi, sehingga menjadi skala usaha yang optimal tentunya dengan memperhatikan carying capacity (daya dukung lingkungan), sehingga potensi yang besar ini dapat menjadi pusat balai benih se-Sultra, dan dapat mensuplai benih. "Kalau hal ini tercapai maka Pemkab dapat membangun gudang dan balai lelang, sehingga dapat bekerja sama dengan BI guna mendatangkan pembeli langsung dari daerah lain, dengan begitu Pemkab tidak perlu susah-susah lagi mendatangkan pembeli. Selain itu karena pengalaman masyarakatnya, tidak menutup kemungkinan Wakatobi juga dapat menjadi sentra training rumput laut, pasalnya budidaya rumput laut telah dilakukan secara turun temurun oleh warga," ujar Project Leader Joint Program TNC-WWF, Veda Santiaji ketika ditemui wartawan JT di
kantornya.

Diambil dari : Kendari Pos

Wisata TNRW Belum Dilirik

Andoolo, KP---- Taman Nasional Rawa Aopa (TNRW) sebenarnya bukan saja dikelola untuk melindungi satwa dan kelestarian alam. Sebab sebagai kawasan wisata alam yang sangat menjanjikan, obyek itu dapat mendatangkan devisa bagi daerah dan kesejahteraan masyarakat sekitar, khususnya di Konawe Selatan. Wisata yang dimaksud seperti air terjun, savana, gunung, panorama alam, hutan mangrove dan keanekaragaman satwa di dalam taman.


Sayang, berbagai potensi wisata alam yang tersedia di dalam kawasan TNRW tersebut belum secara keseluruhan terkelola, termasuk dikunjungi wisatawan. " Di TNRW ini banyak wisata alam yang dapat ditinjau turis lokal maupun wisatawan daerah lain termasuk asing. Hanya saja ini belum dikembangkan karena akses menuju lokasi belum baik," ujar Kepala Balai TNRW, Kholid Indarto, kemarin.

Menurutnya wisata alam yang ada di TNRW dapat dikembangkan dan dikelola secara bersama seluruh pihak, khususnya pemerintah daerah dan masyarakat. " Saat ini yang kami sediakan adalah hutan pendidikan bagi pelajar dan mahasiswa yang berkunjung serta berkemah. Sementara yang lainnya belum disaksikan pihak lain," kata mantan Petugas Taman Nasional Kerinci, Jambi itu. Ditambahkan, selain wisata yang menjanjikan, TNRW di Konsel ini masih banyak permasalahan yang ada. Seperti perburuan liar dan perambahan hutan, pengembalaan ternak dan lainnya.

'' Petugas yang kami miliki masih terbatas. Inilah yang kami intensifkan semaksimal mungkin, termasuk bermitra dengan masyarakat untuk berjaga menjaga kelestarian TNRW," tandasnya. (era)
 
diambil dari : Kendari Pos

Rabu, 31 Maret 2010

PROPOSAL ASRIN

PROPOSAL

KEGIATAN BAKTI SOSIAL

( Dalam Rangka Promosi dan Pendidikan Kebudayaan Tolaki)

DI DAERAH TERPENCIL













FORUM KOMUNIKASI GENERASI MUDA TOLAKI (FKGMT)

KABUPATEN KONAWE





I. NAMA KEGIATAN (JUDUL)

Nama kegiatan ini adalah : “ Kegiatan Bakti Sosial ( Dalam Rangka Promosi dan Pendidikan Kebudayaan Tolaki Pada Daerah Terpencil di Kabupaten Konawe), adapun judul atau tema yang kami ambil dari kegaiatan ini adalah : “ Melalui Promosi Dan Pendidikan, Kita Angkat Eksistensi Kebudayaan Tolaki Sebagai Salah Satu Kebudayaan Nasional ”.



II. LATAR BELAKANG ATAU DASAR PEMIKIRAN

Kebudayaan tolaki adalah salah satu budaya nasional, yang ada di Rebupblik Indonesia. Untuk itu diperlukan perhatian dari semua pihak untuk menjaga eksistensi kebudayaan Tolaki, terutama para generasi muda tolaki sebagai salah satu calon leadership atau penerus tampuk pimpinan suku Tolaki, yang benar-benar mengetahui seluk-beluk kebudayaan dan mencintai budaya itu sendiri, namun pada kenyataannya seiring dengan perkembangan zaman dan arus globalisasi yang sangat besar. Keberadaan kebudayaan Tolaki berangsur-angsur mulai hilang di tengah masyarakat Bumi Anoa khususnya di Kabupaten Konawe, disebabkan kurangnya perhatian dari Masyarakat kita, yamg mengaku sebagai orang Tolaki ditambah lagi kurangnya perhatian dari pemerintah setempat, yang tidak mau ambil pusing atau terkesan tidak perduli dengan keadaan kebudayaan Tolaki yang semakin kritis, ibarat telur diujung tanduk. Sungguh miris hati ini ketika melihat dan menyaksikan beberapa budaya lain yang masih eksis dan terus berkembang, seperti masyarakat suku Bugis yang begitu bangga dengan kebudayaan mereka sendiri serta tidak pernah meninggalkan satupun kebiasaan dari adat-istiadat yang merek miliki. Bahkan di tanah Jawa sekalipun yang nota benenya sudah terkenal dengan kemajuan pembangunan dan perkembangan kota serta teknologinya, tidak pernah untuk sekalipun melupakan kebudayaan mereka dan bahkan dengan kebudayaan, mereka bisa memperoleh penghasilan dan menjadi salah satu penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata. Cobalah untuk kita renungkan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang dijadikan sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia bahkan Asia, maju dan berkembang bukan karena banyaknya situs-situs atau benda-benda purbakala yang ada, tetapi karena masyarakatnya bangga dan cinta terhadap kebudayaan mereka sendiri, serta tida habis-habisnya dukungan dan suport dari pemerintah setempat. Mungkinkah budaya Tolaki akan seperti itu, hanya waktu dan respon dari masyarakat Tolaki serta yang terhormat para elite-elite politik yang duduk di jajaran eksekutif dan legislatif di Wonua Kotubitara ini.

Berangkat dari dasar dan keyakinan di atas, maka kami dari Forum Komunikasi Generasi Muda Tolaki ( FKGMT ) Kabupaten Konawe, bermaksud untuk mengadakan Kegiatan Bakti Sosial ( Dalam Rangka Promosi dan Pendidikan Kebudayaan Tolaki Pada Daerah Terpencil di Kabupaten Konawe), untuk itu kami sangat mengaharapkan dukungan dan bantuan baik moral maupun moril, agar nantinya acara ini dapat sukses dan berhasil sehingga bisa memberikan output yang baik pada seluruh lapisan Masyarakat tolaki yang ada di Kabupaten Konawe.


III. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud

Adapun maksud dari kegiatan ini adalah dapat meningkatkan ilmu dan pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan tolaki ,sehingga dapat menimbulkan kepahaman dan rasa simpati dengan kebudayaan Tolaki.

2. Tujuan

Adapun tujuan dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu:

a. Sebagai sarana silaturahmi dan komunikasi antara masyarakat tolaki yang ada di daerah terpencil,   khususnya generasi muda tolaki

b. Untuk sarana pembelajaran pada masyarakat tolaki, khususnya generasi muda tolaki

c. Untuk mengenali potensi generasi muda tolaki agar mampu mengembangkan sumber daya manusia yang ada melalui Kebudayaan sehingga mampu bersaing di era globalisasi sekarang ini



IV. SASARAN/RUANG LINGKUP

Dalam pelaksanaan kegiatan ini , sasaran yang kami tujuh adalah masyarakat tolaki khususnya generasi muda tolaki yang bermukim pada daerah yang tepencil di Kabupaten Konawe



V. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN

Kegiatan Bakti sosial ”Dalam Rangka Promosi Dan Pendidikan Budaya Tolaki ” dilaksakan pada :

Hari/tanggal                 : 26-28 juli 2010

Waktu                        : Pukul 08.00 WITA, Sampai selesai

Tempat                       : Di lokasi Desa-desa yang menjadi tujuan tempat kegiatan



VI. PENYELENGGARA/PANITIA KEGIATAN

TERLAMPIR



VII. PROGRAM ATAU JADWAL KEGIATAN

TERLAMPIR



VIII. ANGGARAN BIAYA

TERLAMPIR

IX. PENUTUP

Demikianlah Proposal Kegiatan Bakti Sosial ini ” dalam rangka pengenalan dan pendidikan budaya tolaki ”daerah terpencil di Kabupaten Konawe, semoga pelaksanaan kegiatan yang dimaksud dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga mencapai tujuan yang diharapkan untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini


Konawe, 31 Maret 2010

Panitia Pelaksana Kegiatan Bakti Sosial

Dalam Rangka Promosi dan Pendidikan Kebudayaan Tolaki Pada Daerah Terpencil di Kabupaten Konawe Forum komunikasi generasi muda tolaki (FKGMT) Kabupaten Konawe



Ketua                                                            Sekretaris





Asran                                                          Asrin Yusuf

Selasa, 06 Oktober 2009

Pengantar Epidemiologi

Kriteria untuk menilai adanya hubungan kausal :
1. Kuatnya hubungan
2. Perubahan dosis penyebab dan akibat
3. Konsistensi dan penilaian
4. Hasil pada bintang percobaan
5. Hubungan dengan teori yang ada

Asuhan Keperawatan Kanker Hati

A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
a. Tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya.
b. Sinonim dari hepatoma adalah carcinoma hepatoselluler.
c. Merupakan tomur ganas nomor 2 diseluruh dunia , diasia pasifik terutama Taiwan ,hepatoma menduduki tempat tertinggi dari tomur-tomur ganas lainnya.laki :wanita 4-6: 1.
d. Umur tergantung dari lokasi geografis. Terbanyak mengenai usia 50 tahun. Di Indonesia banyak dijumpai pada usia kurang dari 40 tahun bahkan dapat mengenai anak-anak.
2. PATOFISIOLOGI
a. Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama / menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik.
b. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.
c. Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.
d. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.
3. PATOLOGI
a. Ada 3 type :
1. Type masif - tumor tunggal di lobus kanan.
2. Type Nodule - tumor multiple kecil-kecil dalam ukuran yang tidak sama.
3. Type difus - secara makroskpis sukar ditentukan daerah massa tumor.
b. Penyebarannya :
1. Intrahepatal.
2. Ekstrahepatal.
4. ETIOLOGI
a. Virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C
b. Bahan-bahan Hepatokarsinogenik :
 Aflatoksin
 Alkohol
 Penggunaan steroid anabolic
 Penggunaan androgen yang berlebihan
 Bahan kontrasepsi oral
 Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosis)
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium:
 Darah lengkap ; SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein  500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium.
2. Radiologi :
 Ultrasonografi (USG), CT-Scan, Thorak foto, Arteriography.
3. Biopsi jaringan liver.
6. PENGOBATAN
Pengobatan tergantung dari saat diagnosa ditegakkan.
1. Fase dini
Dimana pembedahan adalah pilihan utama yaitu reseksi segmen atau lobus hati
2. Pemberian kemoterapi secara infus
3. Penyinaran .
7. PROGNOSA
Tumor ganas liver memiliki prognosa yang jelek dapat terjadi perdarahan dan akhirnya kematian. Dan proses ini berlangsung antara 5-6 bulan atau beberapa tahun

ASUHAN KEPERAWATAN
B. KONSEP DASAR
1. PENGKAJIAN
 GEJALA KLINIK
Fase dini : Asimtomatik.
Fase lanjut :Tidak dikenal simtom yang patognomonik.
Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan
1. Ascites
2. Ikterus
3. Hipoalbuminemia
4. Splenomegali, Spider nevi, Eritoma palmaris, Edema.
Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus kanker hati, meliputi :
1. Gangguan metabolisme
2. Perdarahan
3. Asites
4. Edema
5. Hipoproteinemia
6. Jaundice/icterus
7. Komplikasi endokrin
8. Aktivitas terganggu akibat pengobatan
II.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.tidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, gangguan absorbsi, metabolisme vitamin di hati.
TUJUAN :
1. Mendemontrasikan BB stabil, penembahan BB progresif kearah tujuan dgn normalisasi nilai laboratorium dan batas tanda-tanda malnutrisi
2. Penanggulangan pemahaman pengaruh individual pd masukan adekuat .
INTERVENSI :
1. Pantau masukan makanan setiap hari, beri pasein buku harian tentang makanan sesuai indikasi
2. Dorong pasien utk makan deit tinggi kalori kaya protein dg masukan cairan adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makanan sering / lebih sedikit yg dibagi bagi selama sehari.
3. Berikan antiemetik pada jadwal reguler sebelum / selama dan setelah pemberian agent antineoplastik yang sesuai .
RASIONAL :
1. Keefektifan penilaian diet individual dalam penghilangan mual pascaterapi. Pasien harus mencoba untuk menemukan solusi/kombinasi terbaik.
2. Kebutuhan jaringan metabolek ditingkatkan begitu juga cairan ( untuk menghilangkan produksi sisa ). Suplemen dapat memainkan peranan penting dlm mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.
3. Mual/muntah paling menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis kemoterapi yang menimbulkan stess.
B. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut ( asites )
TUJUAN :
1. Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi nyeri.
2. Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan pengaruh minimal pada AKS
INTERVENSI :
1. Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas ( 0-10 ) dan tindakan penghilang rasa nyeri misalkan berikan posisi yang duduk tengkurap dengan dialas bantal pada daerah antara perut dan dada.
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok punggung.
3. kaji tingkat nyeri / kontrol nilai
RASIONAL :
1. memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi misalnya : nyeri adalahindividual yang digabungkan baik respons fisik dan emesional
2. meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian
3. kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.
A. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan
TUJUAN :
1. dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh.
INTERVENSI :
1. dorong pasein untuk melakukan apa saja bila mungkin, misalnya mandi, bangun dari kursi/ tempat tidur, berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan.
2. pantau respon fisiologi terhadap aktivitas misalnya; perubahan pada TD/ frekuensi jantung / pernapasan.
3. beri oksigen sesuai indikasi
RASIONAL :
1. meningkatkan kekuatan / stamina dan memampukan pasein menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti.
2. teloransi sangat tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbnagan cairan dan reaksi terhadap aturan terapeutik.
3. adanya hifoksia menurunkan kesediaan O2 untuk ambilan seluler dan memperberat keletihan.
D. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus,edema dan asites
TUJUAN :
1. Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus.
2. Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi / meningkatkan penyembuhan
INTERVENSI :
1. Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker. Perhatikan kerusakan atau perlambatan penyembuhan .
2. Mandikan dengan air hangat dan sabun
3. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering dari pada menggaruk.
4. Balikkan / ubah posisi dengan sering
5. Anjurkan pasein untuk menghindari krim kulit apapun ,salep dan bedak kecuali seijin dokter
RASIONAL :
1. Efek kemerahan atau reaksi radiasi dapat terjadi dalam area radiasi dapat terjadi dalam area radiasi. Deskuamasi kering dan deskuamasi kering,ulserasi.
2. Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
3. Membantu mencegah friksi atau trauma fisik.
4. Untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/ jaringan yang tidak perlu.
5. Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata